Sendratari Hangruwat Perdana Spektakuler

Caption: Pementasan Sendratari Hangruwat oleh Siswi Dena Upakara bersama Sanggar Ngesti Laras, di Resto Garden, Sabtu Malam (19/3).
Pementasan Sendratari Hangruwat oleh Siswi Dena Upakara bersama Sanggar Ngesti Laras, di Resto Garden, Sabtu Malam (19/3).

Para siswa-siswi difabel Nyalakan Obor lambang Kebenaran Sejati

*Erwin Abdillah, Wonosobo

Membanggakan sekaligus mengundang rasa haru, itulah kesan dari Agus Purnomo, Kepala Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menyaksikan pagelaran Sendratari Hangruwat yang digelar Sabtu malam (19/3), di Kresna Resto Garden. Sendratari yang mengisahkan seorang anak berambut gimbal yang dicukur sebagai simbol transformasi penyucian diri menuju kebaikan, dibawakan dengan apik oleh sekitar 22 siswa-siswi SLB-B Dena Upakara Don Bosco. Mereka adalah anak-anak spesial mengingat memiliki kekurangan pada pendengaran atau tuna rungu, namun bisa menunjukkan bahwa mereka memiliki kelebihan dengan menyuguhkan tarian sarat makna.

“Anak-anak yang dikatakan kurang sempurna ini ternyata bisa menampilkan tarian yang memukau. Dan kami salut dengan Bu Mul selaku pelatih yang yang bisa mengarahkan mereka sehingga seperti ini dan layak ditampilkan di tingkat nasional,” kata Agus usai menonton sendratari berdurasi kurang lebih satu jam itu.

Diharapkan Agus, kedepannya pemerintah bisa membangun sebuah fasilitas khusus untuk para seniman, dimana bisa digunakan untuk berlatih dengan gratis. Mengingat kekayaan seni Wonosobo yang sangat luas. Sehingga para seniman bisa menggunakan tempat untuk latihan dan tampil tanpa mengeluarkan dana yang besar.

Pementasan yang melibatkan total 47 seniman termasuk penabuh gamelan, instrument tradisional, bundengan, penari, dan anggota sanggar Ngesti Laras asuhan Mulyani tersebut juga dihadiri oleh sedikitnya 100 penonton. Para penonton dikatakan bu Mul, sapaan akrabnya, adalah para pengajar, orang tua, para seniman, fotografer, dan masyarakat umum yang antusias ingin melihat karya para siswa Dena Upakara.

“Kami menggelar latihan selama dua bulan di pendopo bupati dan dari pementasan ini, jika memungkinkan kami akan menggelar pementasan rutin tiga bulan sekali,” kata bu Mul.

Diharapkan Mul, pementasan oleh anak-anak Dena Upakara tersebut bisa ikut menjunjung pariwisata seni budaya dan menarik minat para turis baik domestik maupun asing untuk mengunjungi Wonosobo. sebanyak tiga tarian dipentaskan, selain Hangruwat. Yakni tari Ginanjar Mulyo dan Tari Punjen yang dibawakan oleh para siswa siswi sanggar Ngesti Laras Wonosobo.

Tari Hangruwat
Sendratari hangruwat lakon bocah rambut gembel

“Kali ini kami juga menghadirkan instrument Bundengan yang mengiringi tari Punjen. Dimana tarian tersebut menampilkan musik khas lengger yang menyimpan arti tentang kehidupan. Pesan moralnya adalah bagaimana manusia agar mampu mengendalikan nafsu untuk menguasai dunia dan menuju Tuhan Yang Maha Esa,”imbuh Mul.

Sebelumnya, Sendratari dibuka dengan menyalakan obor dan lilin yang diikuti oleh para penonton. Obor yang melambangkan sinar tuhan tersebut menjadi lambang bahwa kebenaran sejati adalah milik Tuhan dan manusia tidak boleh saling mengklaim sebagai yang paling benar. Mulyani bersama suster Yuli menyalakan obor diiringi penari sebagai seremonial pembuka dan lambang kebersamaan.

 

Leave a comment